Teror UN Tidak Kalah dengan Teror Bom

Mungkin saya terlalu berlebihan menyamakan hebohnya teror bom dengan UN. Tapi menurut saya, di dunia pendidikan jelas ini sangat hangat melebihi teror bom. Bahkan mungkin yang berkecimpung di dunia pendidikan bisa melupakan teror bom dan lebih memfokuskan diri pada Ujuan Nasional. Bagaimana tidak? Perjuangannya belajar dalam 3 Tahun ditentukan oleh 3 hari saja.

Hanya dalam 3 hari, siswa SMA dan SMP mempertaruhkan kelulusannya dari perjuangannya menempuh pendidikan selama 3 tahun bersekolah. Mereka mempelajari berbagai pelajaran dan mendapatkan pendidikan dari guru dan lingkungan sekolahnya selama 3 tahun. Dan tentu sangat banyak yang mereka dapatkan dalam waktu 3 tahun itu.

Namun tolak ukur dari keberhasilan mereka dalam 3 tahun menempuh pendidikan ditentukan dengan 3 hari Ujian Nasional. Yang membebani pikiran mereka dalam hal ini adalah, mereka harus lulus dalam UN. Kata harus ini tentu sangat berdampak pada psikologi mereka. Tidak heran jika berbagai cara dilakukan oleh para siswa untuk lulus dalam UN.

Bahkan Sekolah pun bingung bagaimana agar siswanya bisa lulus. Karena baik yang memang bodoh maupun pintar sekali pun bisa saja tidak lulus UN. Baik dari pihak siswa maupun sekolah pun terkadang melakukan kecurangan. Dengan saling mencontek dan bahkan pengawas mengijinkan peserta mencontek. Bahkan pernah dahulu terjadi penyalah gunaan UN dengan adanya penjualan kunci jawaban.

Semakin lama penjagaan dan metode pengawasan semakin diperketat. Dari pengawas silang, penyitaan telpon genggam saat ujian, bahkan sampai penggunaan CCTV. Namun tentu jika seperti ini apa dapat meningkatkan penjagaan? Karena biasanya pencuri akan lebih pintar dari penjaga jika dalam keadaan terdesak.

Benarkah hal yang dilakukan pemerintah ini dapat meningkatkan mutu pendidikan Indonesia?